Kamis, 11 Juni 2009

Menentukan Faktor Persekutuan Terbesar

Pengertian Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

FPB dari dua bilangan A dan B adalah anggota terbesar dari himpunan sekutu A dan B, bila A dan B adalah himpunan faktor-faktor dari bilangan A dan B. Dengan kata lain FPB dari dua bilangan atau lebih adalah hasilkali faktor sekutu yang mempunyai pangkat terkecil dari faktor-faktor prima dua atau lebih bilangan tersebut.

Faktor-faktor dari sebuah bilangan asli adalah bilangan-bilangan asli yang habis membagi bilangan asli tersebut. Yang dimaksud dengan habis membagi adalah hasil baginya merupakan bilangan asli dengan sisa nol.

Misalkan kita akan menentukan faktor-faktor dari 12, maka faktor-faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12. Bilangan 3 adalah faktor dari 12 sebab 12 dibagi 3 adalah 4, dengan sisa 0. Bilangan 4 adalah faktor dari 12 sebaga 12 dibagi 4 adalah 3, dengan sisa 0. Tetapi 5 bukan faktor dari 12 karena 12 dibagi 5 adalah 2 dengan sisa 2. Karena 12 tidak habis dibagi 5 maka 5 bukan faktor dari 12.

Cara Menentukan FPB
Untuk menentukan FPB dari dua bilangan atau lebih dapat ditemph dengan tiga cara yaitu dengan himpunan faktor persekutuan, dengan pemfaktoran prima, dan dengan cara Euclides.

ok nanti dilanjutkan lagi......

Jumat, 05 Juni 2009

Ciri-Ciri Bilangan Habis Dibagi

1. Ciri bilangan habis dibagi 2
Suatu bilangan habis dibagi 2 bila bilangan tersebut genap atau angka terakhirnya 0, 2, 4, 8, atau 8
Contoh: 14. Karena angka terakhirnya adalah 4, maka 14 habis dibagai 2.

2. Ciri bilangan habis dibagi 3
Suatu bilangan habis dibagai 3 bila penjumlahan semua angkanya dapat dibagi 3, maka bilangan itu habis dibagi 3.
Contoh: 1233. Apabila bilangan tersebut dijumlahkan 1 + 2 + 3 + 3 = 9. Angka 9 habis dibagi 3, maka 1233 habis dibagi 3.

oke nanti dilanjutkan lagi..........

Selasa, 02 Juni 2009

Peran UPBJJ-UT Palembang untuk Menghasilkan Guru SD yang Profesional di Sumsel

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, UT dengan Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) memungkinkan untuk ikut berpartipasi dalam meningkatkan kualifikasi dan kompentensi para guru khususnya guru SD di Sumsel melalui program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). UT dengan sistem belajar jarak jauh dan terbuka melayani para guru SD dan TK/PAUD yang ingin meningkatkan kualifikasi dan kompetensi karena para guru tidak perlu meninggalkan tempat tugasnya.

Sampai tahun 2009 ini, UPBJJ Palembang melayani para guru SD dan TK/PAUD yang menempuh pendidikan Diploma dan Sarjana di FKIP UT yaitu 22.806 mahasiswa terdiri dari 303 mahasiswa Program S1 PGPAUD, 18.835 mahasiswa S1 PGSD dan 2.610 mahasiswa D2 Pendor. Dari jumlah tersebut sebagian dengan biaya sendiri dan sebagian lagi dibiayai oleh Pemerintah. Mahasiswa yang mendapat beasiswa Pemda Tingkat I sebanyak 4.667 (20,46%) mahasiswa, beasiswa Pemda Tingkat II 7.688 (30,71%), sebagian lagi dengan biaya sendiri. Sementara berdasarkan data BPS Provinsi Sumsel tahun 2006/2007 guru TK berjumlah 2.387 dan guru SD 22.199. Dari data ini dapat dikatakan bahwa UPBJJ Palembang mempunyai peran yang cukup penting dalam rangka peningkatan kualifikasi dan kompentensi para guru SD dan TK/PAUD di Sumsel. Juga kaitan dengan pendidikan gratis, banyak para guru yang menikmati pendidikan dengan beasiswa pemerintah (54,17%).

Sementara lulusan PGSD dan PGTK melalui UPBJJ Palembang sampai dengan masa 2008.2 berjumlah 26,392, 1.640 orang guru di antaranya lulusan S1 PGSD. Pada tahun 2009 ini, UPBJJ Palembang berharap para 4000 mahasiswa yang sekarang berada di semeter X dapat lulus tepat waktu, atau minimal 60% saja yang berhasil.

Melihat ketersebaran mahasiswa dalam 15 kabupaten/kota, UPBJJ Palembang berusaha memberikan layanan sehingga mahasiswa dapat mengikuti program ini sesuai dengan ketentuan yang ada, pada gilirannya lulusannya punya kompentensi sesuai dengan tuntutan. Usaha yang dilakukan antara lain 1) layanan registrasi mahasiswa tepat waktu, 2) layanan tutorial yang memadai, dengan kualitas tutor yang terstandard, 3) pemberian modul untuk setiap tutor dan mahasiswa, 4) layanan ujian, dan 5) feedback, berupa nilai hasil ujian. Semua ketentuan administrasi selalu diaudit baik internal maupun eksternal (oleh SGS) setiap enam bulan.

Kata Kunci: guru, sekolah dasar, kompetensi, PGSD

Jumat, 20 Maret 2009

Pendekatan Pengajaran Problem Solving

Menurut Thomas L. Schroeder dan Frank K. Lester, Jr (dalam Kennedy dan Tipps, 1994:137-139) terdapat tiga pendekatan dalam mengajarkan problem solving yaitu:
1. Teaching problem solving
2. Teaching problem solving
3. Teaching problem solving.

oke nanti dilanjutkan lagi.......

Penyelesaian Masalah Matematika

Menurut Polya dalam bukunya How to Solve It mendeskripsikan empat langkah untuk menyelesaikan masalah yaitu:
1. Understand the problem
2. Devise a plan
3. Carry out the plan
4. Look back

nanti dilanjutkan lagi.........

Rabu, 11 Maret 2009

Kesulitan Siswa dalam Belajar Nilai Tempat

Pembelajaran nilai tempat sangat dipenting dipahami oleh siswa terutama untuk menuliskan lambang bilangan yang lebih besar dari 9 yaitu untuk penamaan, pembandingan, pembulatan bilangan, memahami algoritma penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan persentase. Dalam pembelajaran nilai tempat kesulitan yang sering dialami siswa yaitu (1) kesulitan mengasosiasikan model nilai tempat dengan lambang bilangan, (2) kesulitan menggunakan nol bila menulis lambang bilangan, (3) kesulitan menggunakan konsep regrouping untuk merepresentasikan lambang bilangan, (4) kesulitan menamakan posisi nilai tempat dalam suatu lambang bilangan, (5) kesulitan memberikan representasi nilai tempat tidak baku untuk suatu lambang bilangan. Oleh karena itu penanaman konsep nilai tempat bilangan cacah di kelas rendah sekolah dasar hendaknya menggunakan alat peraga manipulatif yang sesuai dengan tingkat berpikir anak, yaitu tingkat berpikir konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak.

Kesulitan Siswa dalam Penjumlahan dan Pengurangan

Menurut Troutman dan Lichtenberg dalam bukunya berjudul: Mathematics: A Good Beginning Strategies for Teaching Children tahun 1991 halaman 242-247 meliputi tujuh kesulitan yang sering dialami siswa dalam belajar penjumlahan dan pengurangan bilangan yaitu:

1. Difficulty identifying addition or substraction situations.
2. Difficulty using counting to find basic addition facts.
3. Difficulty with zero in computations.
4. Difficulty using counting to find differences that are related to addition facts.
5. diffuculty regrouping when computing sums and differences.
6. Difficulty when the two numerals in an exercise have a different number of digits.
7. difficulty when a sum involves several addends or when a sum or difference involves larges numbers.

Situasi Pengurangan di Sekolah Dasar

Menurut Kennedy dan Tipps (1994:293-294) situasi penjumlahan dan pengurangan meliputi empat situasi yaitu take-away, comparison, completion, dan whole/part/part. Keempat situasi pengurangan tersebut diuraikan sebagai berikut.

Take-away. Pada situasi ini, pengurangan dimaksudkan untuk menemukan sisa bila sebagian dari anggota suatu himpunan diambil. Contoh Jamal mempunyai 45 kelereng. Dia berikan kepada adiknya 13 kelereng. Berapa banyak kelereng yang dimiliki oleh Jamal setelah diberikan kepada adiknya? Jenis situasi inilah yang sering dijumpai siswa di sekolah dasar.

Comparison. Pada situasi ini, pengurangan dimaksudkan untuk membandingkan dua ukuran daridua himpunan. Contohnya: ada dua pertunjukan sirkus. Pertunjukan pertama dihadiri atau ditonton oleh penonton sebanyak 1250 orang dan pertunjukan kedua dihadiri oleh penonton sebanyak 1325 orang. Berapa banyak penonton pada pertunjukan kedua dibandingkan dengan penonton pada pertunjukan perama?

Completion. Pada situasi ini, pengurangan dimaksudkan untuk menentukan ukuran suatu himpunan digabung dengan himpunan kedua sehingga menjadi himpunan ketiga. Sebagai contoh Teguh memasukkan foto ke dalam album foto yang memuat 5o buah foto. Berapa banyak foto lagi yang diperlukan bila pada permulaan memasukkan foto Teguh memiliki 21 foto?

Whole/part/part. Pada situasi ini, pengurangan dimasukan untuk mementukan ukuran dari suatu kelompok dalam kelompok. Contohnya, Afifah membeli 23 buah mangga. 15 diantaranya masih mentah. Berapa banyak mangga yang sudah masak?

Sabtu, 07 Maret 2009

Hakikat Problem Solving

Sebelum membahas pengertian problem solving, akan diuraikan dulu pengertian masalah. Menurut Lester (As'ari, 1991:14) masalah adalah "a situation in which individual or group is called to perform a task for which there is no ready accessible algorithm which determine completely the methods of solution". Menurut Krulik dan Rudnick (1995:4) masalah adalah "a situation, quantitative or otherwise, that confronts an individual or group of individual, that requires resolutions, and for which the indivudual sees no apperent or obvious means or path to obtaining solution. Sesuatu menjadi masalah bagi sesorang atau kelompok bila tidak ada algoritma atau prosedur yang sudah tersedia dan mereka tertantang untuk menyelesaikannya. Prosedur penyelesaian itu harus dicari dan menemukannya tidak mudah.

Problem solving adalah "to find out a way where no way is known off hand, to find a way out of difficulty, to find a way around an obstacles, to attain a desired end, tha is not immediately attainable by appropriate means (Polya, 1973. Menurut Krulik dan Rudnick (1995:4) problem solving adalah "the means by which an individual uses previously acquired knowledge, skills, and understanding to satisfy the demands of an unfamiliar situation".

Problem solving merupakan aplikasi beberapa aturan kepada suatu masalah yang tidak dihadapi sebelumnya oleh pebelajar (Hudoyo, 1990:29). Dengan adanya proses berpikir untuk memecahkan masalah itu, diharapkan dapat menghasilkan individu-individu yang berkompeten dalam bidang matematika. Proses berpikir yang diharapkan itu adalah proses berpikir secara matematis, aksiomatik, logis, kritis, kreatif, dan praktis.